Jumat, 03 April 2009

INILAH KELOMPOK KBS (KHAWARIJ BERBAJU SALAFI)


INILAH KELOMPOK KBS (KHAWARIJ BERBAJU SALAFI)

Bismillah walhamdulillah, was shalatu wassalamu ‘ala Rasulillah Muhammad wa ‘ala alihi wa ashabih ajma’in. Amma ba’du.

Saya teringat perkataan Prof. Mansyur Suryanegara, sejarawan dari Unpad. Dalam edisi khusus Sabili No. 9/November 2003, beliau pernah mengatakan, kira-kira, “Ummat Islam Indonesia sejak lama tidak pernah mendapat cobaan yang kecil, tetapi selalu besar.” Kira-kira seperti itu.

Saya merasakan relevansi pernyataan seperti itu ketika kini berhadapan dengan sekelompok orang yang selalu mengklaim “mengikuti manhaj Salafus Shalih”. Banyak manusia tertipu dengan seruan-seruan mereka. Dikiranya, orang-orang itu mengajarkan manhaj Salafus Shalih, padahal sejatinya: mereka menghidupkan paham Khawarij, seburuk-buruk makhluk di kolong langit. Artinya, Ummat ini selalu dicoba dengan hal-hal yang berat. Jalan kesesatan bukan monopoli para pendosa, orang-orang pengajian pun akhirnya banyak yang tersesat juga. Na’udzubillah min dzalik.

Lucu memang. Orang-orang itu menyemprot orang lain dengan tuduhan Khawarij, mereka menyumpahi manusia dengan istilah “kilabun naar” (anjing-anjing neraka), mereka mengecam orang lain tanpa sedikit pun rasa bersalah. Sungguh menakjubkan, jari telunjuk mereka mengarah ke orang lain, sisa jari lainnya mengarah ke dirinya sendiri. Menuduh Khawarij, padahal dirinya sendiri justru Khawarij ‘ala haqiqah (Khawarij sejati).

Ciri-ciri Khawarij Berbaju Salafi:

1. Mereka hidup secara ekskusif, menyingkir dari kehidupan masyarakat. Mereka tidak mau tahu kondisi masyarakat, misalnya ekonomi, sosial, politik, pergaulan, pendidikan, komunikasi, dst. Kalau kita ajak bicara tentang masalah-masalah umum, mereka anggap semua itu “bukan masalah din”, jadi tidak perlu dipikirkan. Padahal sumber kemusyrikan, kekafiran, maksiyat, kesesatan, dll. sangat banyak dari masalah-masalah keduniaan. Dalam pergaulan, mereka sangat eksklusif, memisahkan diri dari masyarakat. Hal ini sama dengan perilaku Khawarij ketika mereka memisahkan diri dari Ummat Islam dan membuat markas di Nahrawan.

2. Mereka menghidupkan manhaj kebencian. Mereka sangat memusuhi orang-orang di luar kelompoknya. Mereka mudah menuduh orang lain “ahli bid’ah”, “bukan Salafiyah”, “hizbi”, “Sururi”, “Ikhwani”, dst. Itu tuduhan standar mereka. Tidak ada yang selamat dari kebencian mereka, selain dirinya sendiri. Khawarij dulu juga seperti itu, mereka membenci bahkan mengkafirkan orang-orang yang berada di luar kelompoknya.

3. Mereka menggunakan kalimat “Mengikuti pemahaman Salafus Shalih” untuk menyesatkan manusia. Istilah Salaf, manhaj Salafiyah, atau Dakwah Salaf, bukan dimanfaatkan untuk menyebarkan kebajikan sebanyak-banyaknya, tetapi dipakai untuk menyesatkan orang-orang lugu agar terjerumus bersama kesesatan mereka. Persis seperti dulu ketika Ali bin Abi Thalib (Ra) mengkomentari kelakuan para Khawarij yang memakai ayat Al Qur’an untuk tujuan kesesatan, “Kalimatul haqq yuridu bihil bathil” (perkataan yang benar tetapi ditujukan untuk kebathilan).

4. Mereka berani menghalalkan hak-hak Ummat Islam yang telah dilindungi oleh Syariat. Saat ini yang sangat kelihatan adalah: menghalalkan kehormatan Ummat Islam, khususnya para dai dan lembaga-lembaga Islam. Sampai-sampai lembaga netral seperti DDII tidak selamat dari serangan najis mereka. Padahal Nabi (Saw.) sudah mengatakan, “Setiap Muslim atas Muslim yang lain, diharamkan darahnya, hartanya, dan kehormatannya.” (HR. Muslim). Tapi kita tidak usah berdalil dengan Sunnah di hadapan mereka. Hati mereka sudah terlalu angkuh untuk menerima nasehat Al Qur’an dan Sunnah. Khawarij dulu juga seperti itu, mereka menghalalkan darah Ummat Islam.

5. Mereka sangat ghuluw (melampaui batas) dalam beramal. Mereka sangat-sangat peka dalam perkara fotografi makhluk bernyawa (foto manusia), celana di bawah mata kaki, nasyid Islami, melinting lengan baju, memakai cadar, memakai celana dalam Shalat, dan lain-lain perkara yang masih menjadi perdebatan. Tetapi ketika menuduh “ahli bid’ah”, mengkafirkan Ahlul Islam (seperti Luqman Ba’abduh), membongkar aib para dai, memecah belah Ummat, menyebarkan kebencian, bahkan mengintimidasi Muslim, justru atas semua itu mereka sangat menikmati. Laa ilaha illallah. Dulu Khawarij bertanya ke Ibnu Abbas (Ra.) tentang hukum membunuh nyamuk, tetapi mereka tidak bertanya tentang hukum membunuh cucu Rasulullah (Saw), yaitu Hushain bin Ali (Ra.), yang mereka lakukan. Maksudnya, atas hasutan Khawarij itu pula akhirnya Hushain terbunuh di Karbala, lalu kepalanya dipancung. Innalillah wa inna ilaihi ra’jiun.

6. Mereka mengkafirkan sesama Muslim. Mereka bermudah-mudah mengeluarkan manusia dari Manhaj Salafiyah, padahal Salafiyah adalah Islam itu sendiri. Mereka menghalalkan penghinaan, celaan, membuka aib-aib, tahdzir, dan hajr kepada ahli bid’ah. Jangankan bermuamalah dengan “ahli bid’ah”, sekedar berjabatan tangan secara tak sengaja saja, kita bisa dituduh ikut “ahli bid’ah”. Luqman Ba’abduh sendiri dalam buku MAT mengkafirkan kaum Muslimin, khususnya Daulah Utsmaniyyah dan kaum Muslimin Mesir. Ya, Khawarij dulu juga seperti itu. Bahkan lebih terang-terangan.

7. Mereka sangat keras kepala. Jika ada manusia yang ngeyel, inilah orangnya. Mereka sangat-sangat ngeyel, tidak mau rujuk kepada kebenaran. Meskipun kita memberikan nasehat sehebat apapun, kalau kita bukan dari golongan mereka, nasehat itu akan dibuang ke tempat sampah. Tidak kurang apa saya telah menyampaikan nasehat lewat DSDB, tetapi kesesatan mereka tidak berkurang. Mereka meyakini, “Hanya Syaikh Rabi’ dan Syaikh Muqbil saja yang memiliki kebenaran. Selain mereka (atau yang semisal mereka), bathil.” Sikap seperti ini sebenarnya dianggap telah keluar dari Al Jama’ah (komitmen kepada kebenaran, dari arah manapun datangnya). Khawarij dulu juga begitu. Mereka sudah dinasehati Ibnu Abbas (Ra.), tetapi tetap keras kepala.

8. Mereka menyebarkan permusuhan di kalangan Ummat Islam. Ini sangat jelas, tidak diragukan lagi. Lihatlah salafy.or.id, buku MAT dan MDMTK, blog Fakta, blog ‘Tuk Pencari Al Haq’, majalah Asy Syariah, dll. Itu adalah bukti yang tak bisa dibantah lagi. Mau membantah bagaimana, bukti sudah menyebar ke seantero dunia? Khawarij dulu juga seperti itu. Mereka menyebarkan permusuhan, mengobarkan peperangan, bahkan mereka membunuh Khalifah Utsman (Ra) dan Khalifah ‘Ali (Ra).

9. Ibadah mereka menakjubkan. Harus diingat, dulu Khawarij sangat hebat dalam Shalat, puasa, maupun membaca Al Qur’an. Kata Ibnu Abbas (Ra), tubuh mereka kurus-kurus karena sangat sering puasa, mata mereka celong karena banyak bangun di malam hari, pakaian mereka kumal karena zuhud. Khawarij gaya baru juga seperti itu, meskipun ibadahnya tidak sehebat Khawarij masa lalu. Kita kalau bersanding bersama Khawarij modern itu, kita akan merasa ‘kecil hati’ melihat ibadah kita. Tetapi Nabi (Saw.) menegaskan, “Mereka keluar dari agama ini seperti melesatnya anak panah dari busurnya.”

10. Mereka mengklaim diri sebagai kelompok paling benar. Ini ciri Khawarij yang tidak boleh diabaikan. Mereka bukan hanya berbeda pendapat dengan Shahabat (Ra), bahkan mengkafirkan para Shahabat dan menghalalkan darahnya. Mengapa itu terjadi? Sebab mereka mengklaim diri sebagai kelompok paling benar. Itu pula yang terjadi di jaman ini. Tidak ada yang selamat dari serangan orang-orang dungu itu, selain diri mereka sendiri.

11. Mereka menuduh orang lain sesat, padahal kesesatan di pihak mereka. Ya, kita semua sudah tahu bagaimana kelakuan orang-orang Khawarij yang mengatasnamakan Salafi ini. Mereka menuduh orang lain “ahli bid’ah”, padahal mereka itulah ahli bid’ah; mereka menuduh orang lain “hizbi”, padahal diri mereka sendiri a’zhamul hizbi minal ahzab (sebesar-besarnya hizbi sejati); mereka menuduh orang lain Khawarij, padahal tuduhan itu sejatinya lebih pantas mereka sandang sendiri. Dulu Khawarij menuduh Khalifah Ali (Ra) dan para Shahabat telah kafir, padahal kekafiran di pihak mereka sendiri.

12. Mereka memerangi Ahlul Islam dan membiarkan ahlul autsan (penyembah berhala). Ini perkara lain lagi yang sangat nyata dalam diri kaum Khawarij ini. Kerjaan mereka tidak pernah lepas dari memusuhi gerakan-gerakan Islam, memusuhi lembaga-lembaga Islam, memusuhi para dai dan individu-individu Muslim. Kerjaan mereka tidak lepas dari itu. Itulah “jihad akbar” mereka. Sekiranya mereka memegang kekuasaan, sangat yakin mereka akan memerangi saya, Anda, dan kita semua. Hanya soal waktu saja. Tetapi lihatlah, apakah mereka pernah merugikan orang kafir seperti itu? Tidak sama sekali. Mereka bikin Laskar Jihad (LJ) karena memang ada “pesanan” untuk menangkal RMS; selain itu, mereka ingin menjadi “pahlawan” biar dakwahnya sukses di Indonesia. Saya bersyukur kepada Allah, Laskar Jihad hancur lebur. Kalau tidak, Ummat Islam akan mengangkat mereka sebagai “pahlawan”. Sama saja dengan Ba’abduh, dia serang semua organisasi Islam di Indonesia yang tidak sesuai syahwatnya, adapun dia tidak tampak kontribusinya dalam mendakwahi orang-orang Hindu di Bali. Jember tempat Si Luqman Al Fasid ini kan sangat dekat dengan Bali.

13. Mereka sangat lancang di hadapan hujjah kebenaran. Jangankan pendapat saya, Anda, dan para dai di Indonesia, Al Qur’an dan Sunnah shahihah pun siap mereka belakangi, jika tidak sesuai hawa nafsunya. Banyak fatwa-fatwa ulama besar Saudi yang telah memperingatkan mereka, termasuk fatwa almarhum Syaikh Bin Baz (rah). Tetapi semua itu dilempar ke tong sampah. Namun kita jangan merasa heran dengan semua ini, sebab pendahulu mereka juga seperti itu. Dulu Dzul Khuwaisirah pernah menghardik Rasulullah (Saw): “Berbuat adil-lah kamu, Muhammad!” Dalam buku DSDB II, hal. 292-294 Ustadz Abduh menukil sebuah kejadian di kalangan Syaikh Rabi’ Cs. Disitu saja Rabi’ berani melecehkan Syaikh Bin Baz rahimahullah. Ya, begini ini modelnya kaum Khawarij.

14. Mereka bersikap sangat pecundang. Nah, ini salah satu ciri lain bahwa iman mereka telah rusak, yaitu sikap pecundang (pengecut). Mereka sangat berbisa mulut dan tulisan-tulisannya. Mereka perlakukan orang lain seperti boneka-boneka tak bernyawa. Ketika ditantang debat terbuka, tak mau; diajak dialog, tak mau; bahkan ditantang mubahalah, juga tak mau. Sangat menakjubkan, ketika mereka terdesak dalam perang pemikiran, mereka menyebarkan secara terbuka data-data informasi privacy keluarga kami. Bahkan terakhir, mereka memfitnah saya telah menawarkan kerjasama ke forum gereja, padahal saya menulis e-mail ke perusahaan-perusahaan dalam rangka muamalah bisnis. Sangat sangat sangat pecundang. Khawarij dulu juga begitu, mereka pecundang, suka dengan cara-cara yang sifatnya tidak ksatria. Mereka membunuh Khalifah Ali (Ra) dan hendak membunuh Amr bin Ash (Ra) dan Muawiyah (Ra).

15. Bagaimanapun, orang-orang ini sangat bodoh. Ini juga ciri lain dari Khawarij. Kalau Anda membaca buku MAT karya Si Dhalal Luqman Ba’abduh, Anda akan ketawa melihat cara dia menulis buku. Satu bagian membantah bagian yang lain. Dia mencela orang-orang yang menentang Dinasti Saud dengan celaan yang sangat sangat hebat, katanya memberontak kepada Ulil Amri. Tetapi saat yang sama dia menuduh Daulah Utsmani di Turki dengan perkataan “besi rongsokan yang jelek”. Padahal Daulah Utsmaniyyah adalah Ulil Amri kaum Muslimin, sebelum berdirinya Kerajaan Saudi. Si Fasid bin Dhalal, Luqman Ba’abduh itu, juga mencela habis-habisan Safar Hawali yang mengambil berita-berita dari orang kafir. Sementara Luqman sendiri dalam buku MAT juga mengambil berita dari CNN dan lainnya. Darimana dia tahu istilah “Attack” dari peristiwa WTC 11 September 2001 kalau tidak dari CNN? Banyak contoh lain. Ya begitulah Khawarij sejati, seperti para pendahulunya. Mereka tak mau makan korma yang ditemukan di jalan, takut syubhat; tetapi mereka berani membunuh putra Khabab bin ‘Arat (Ra) dan membunuh isterinya yang sedang hamil.

Saya tidak ragu untuk mengatakan bahwa orang-orang ini adalah KBS, Khawarij Berbaju Salafi. Mereka sama bahayanya dengan para penganut agama Liberal. Kalau Liberaliyun menyerang Islam dari luar, kaum KBS ini menyerang dari dalam.

Wallahu a’lam bisshawaab.

Ini adalah bagian dari jihad di jalan Allah Ar Rahiim, insya Allah. Maka aku tidak akan ragu untuk memasukinya. Akhirul kalam, tawakkaltu ‘alallah laa haula wa laa quwwata illa billah. Hasbunallah wa nikmal Wakil nikmal Maula wa nikman Nashir.

Tulisan ini selesai di Bandung, Hari Jum’at pagi, tanggal 2 Mei 2008.

Abu Muhammad Waskito.

sumber: http://abisyakir.wordpress.com/

RENUNGAN UNTUK TIDAK BERPIKIR PICIK

RENUNGAN UNTUK TIDAK BERPIKIR PICIK
Oleh: Ustadz Muh. Ihsan ibnu Zainuddin, Lc.

Catatan Sang Blogger:
Inilah tulisan yang sempat dihebohkan oleh situs almakassari.com (yang mengaku Salafi), sampai-sampai mereka memuat bantahannya 4 seri berturut-turut (boleh jadi masih bertambah, waLlahu a'lam). Intinya mereka menganggap tulisan Ustadz Ihsan Zainuddin ini menyudutkan dan menzhalimai Salafiyyun dan Manhaj Salaf.
Saya mencoba membaca kembali tulisan ini dan -menurut saya- saya tidak menemukan apa yang dituduhkan itu. Silahkan para pembaca membaca tulisan ini dan membandingkannya dengan 4 seri bantahannya pada situs almakassari.com.
Yang harus dicatat bahwa menurut pengamatan kami, gaya penulisan bantahan "pengaku-ngaku Salafi" itu memang kadang "menakjubkan" dari sisi banyaknya penukilan dalil dan fatwa ulama. Tidak masalah sih dan memang seharusnya demikian. Tapi kalau menukil sekedar nukil untuk "menakut-nakuti" pembaca (seakan mengatakan: "Hei, liat tulisanku! Banyak nukilannya!"), tapi setelah dibaca ternyata "lain gatal lain digaruk", lain dalil lain pula istidlalnya...ya repot dong!
Sudahlah, Anda baca saja tulisan Ustadz Ihsan Zainuddin berikut ini...dan coba Anda temukan: mana sih yang katanya menyudutkan Salafiyun (kalo menyudutkan orang yang ngaku-ngaku Salafi sih, emang...). Jadi-menurut Sang Blogger-, Ustadz tidak perlu repot-repot buang waktu menjawab tulisan 4 seri itu, karena "Renungan Untuk Tidak Berpikir Picik" ini sendiri sudah memberikan bantahan. Jadi yang sudah pernah baca, ayo baca ulang lagi. Yang belum pernah baca, ya bacalah, jangan cuma baca bantahannya...


SAYA bersyukur kepada Allah yang telah memberikan saya hidayah untuk meyakini bahwa Islam yang benar hanya dapat dipahami dan diamalkan sebagaimana manhaj para As-Salaf Ash-Shaleh. Saya juga bersyukur karena Allah juga memberikan rasa cinta dalam hati saya kepada generasi terbaik itu.

Walaupun saya tak pernah bisa benar-benar sama dengan mereka (dan tak akan pernah sama), bahkan menyerupai pun rasanya jauh. Apa sih yang dapat kita lakukan di zaman yang penuh fitnah ini, selain berusaha meperkecil perbedaan kondisi pribadi kita (dalam hal aqidah, ibadah, mu'amalah dan akhlak) dengan kondisi keseharian kaum salaf ?

Di zaman ini, pengakuan diri sebagai seorang salafy mungkin hanya bisa diterjemah-kan sebagai kesalaf-salafan saja, atau berusaha untuk menyerupai kaum As-Salaf Ash-Shaleh saja. Dan itu sekali lagi amat berat. Jika ada yang merasa lebih dari itu, merasa diri benar-benar pas dengan kehidupan kaum As-Salaf Ash-Shaleh, maka menurut saya ia hanyalah orang yang tertipu oleh dirinya sendiri.

Kita sekarang ini hanya dapat menghibur diri dengan pesan Nabi shallallahu 'alaihi wassalam"Seseorang itu (kelak di akhirat) akan bersama dengan orang yang ia cintai."

Mudah-mudahan dengan kecintaan pada generasi As-Salaf Ash-Shaleh, kelak kita akan bersama-sama mereka di surga. Semoga.

Dan sejak mengenal manhaj salaf sebagai satu-satunya metode yang benar dalam memahami Islam, saya pun merasa tersejukkan setiap kali mendengar apapun mengenai manhaj ini dan para pejuang-pejuangnya. Saya begitu yakin, bahwa manhaj salaf adalah Islam itu sendiri.

Ya, ia adalah penjelasan, penjabaran, dan gambaran tentang Islam itu sendiri, yang begitu lengkap, menyeluruh dan mencakup seluruh aspek ke-hidupan.

Sejak awal, saya telah meyakini bahwa Islam adalah jalan hidup yang indah dan menyejukkan. Maka dalam hati saya pun terpatrilah keyakinan bahwa manhaj salaf pun pastilah sebuah manhaj yang indah dan me-nyejukkan.

Itulah keyakinan saya hingga kini dan Insya Allah akan menjadi aqidah saya hingga maut datang menjemput. Ya Allah, kabulkanlah!

Oleh sebab itu, saya sangat sedih bila ada sebagian pejuang Da'wah Salafiyah yang justru membuat keindahan dan kesejukan manhaj salaf itu ter-nodai, hanya dikarenakan pemahaman yang tidak benar, bahkan cenderung picik terhadap manhaj yang agung ini.

Hanya mengambil sepotong-sepotong, lalu melakukan penyerangan ke sana ke mari. Dan yang lebih hebat lagi, penyerangan itu disertai nukilan-nukilan dalil dan pendapat para ulama yang tidak ditempatkan pada tempat yang semestinya, ditambah dengan tuduhan-tuduhan tak berdasar.

Akibatnya, perpecahan-yang nota bene merupakan salah satu tanda pokok ahlul bid'ah- justru menjadi fenomena yang tak asing lagi di kalangan orang-orang yang mengaku berjuang di atas manhaj salaf.

Bahkan tidak sekedar berpecah. Mereka juga saling menyerang, menuduh dan me-nuding. Maka anda dapat me-nyaksikan betapa banyak murid-murid yang dengan penuh gagah berani menyerang (bekas) ustadznya. Padahal sang ustadznya lah yang memperkenalkan manhaj salaf kepada mereka.

Dan yang lebih lucu lagi, muncul fenomena bantah mem-bantah via kaset. Bila seseorang membuat tahdzir terhadap si fulan dalam 3 kaset, maka tunggulah bantahan si fulan dalam 5 kaset.

Siapapun yang melihat ini akan tertegun heran. Para ahlul bid'ah akan bersorak-sorai melihat pertarungan antar pejuang Ahlus sunnah. Namun saya sangat sedih. Inikah yang diwariskan oleh generasi As-Salaf Ash-Shaleh ? begitulah bunyi pertanyaan yang hingga kini selalu merisaukan hati saya.

Pertanyaan itu terus menggelora, hingga saya menyimpulkan (sesuai kapasitas ilmu saya yang masih sedikit) bahwa nampaknya ada kesalahan dalam memahami manhaj ini.

Dalam manhaj Ahlus sunnah, perbedaan pendapat tidaklah identik dengan perpecahan. Semuanya pasti mengetahuinya. Namun tidak banyak yang benar-benar faqih dan santun menerapkannya. Terkadang masalah ijtihadiyah dijadikan sebagai pangkal perpecahan. Hanya karena satu masalah yang para ulama besar pun berbeda pendapat di dalamnya, seseorang begitu mudah mengeluarkan saudaranya dari lingkaran ahlus sunnah wal jama'ah.

Padahal generasi As-Salaf Ash-Shaleh, telah mewariskan kepada kita Adab Al-Khilaf (adab dan etika berbeda pendapat). Seperti ditunjukkan dengan sangat indah oleh Imam Syafi'iy kepada salah seorang lawan diskusinya, yang tidak lain adalah muridnya sendiri, "Tidak pantas kah kita tetap bersaudara, walaupun kita berbeda pendapat dalam beberapa masalah?" Dan Beliau mengucapkannya seraya menggenggam tangan muridnya itu. Alangkah indahnya jika para pejuang Da'wah Salafiyyah kita bisa seperti itu.

Yang menyedihkan, sebagian anak-anak muda (ikhwan maupun akhwat) yang baru kemarin sore belajar manhaj salaf sudah berani melemparkan vonis sesat kepada para pejuang / da'i yang sudah bertahun-tahun menda'wahkan manhaj salaf.

Belum lagi selesai memahami dengan baik buku kecil Prinsip-Prinsip Dasar Keimanan (Syarh Ushul Al Iman), sudah berani menyesatkan orang lain. Bahkan membaca Al-Qur'an pun masih terbata-bata.

Dalam sejarah kaum salaf, kita tidak pernah menemukan ada seorang murid yang baru belajar Islam lalu kemudian berkoar-koar menyesat-kan para salafy lainnya.


Mencela Buku Karya Ulama Besar


Yang lebih mempri-hatinkan, ada suara-suara yang mencela buku karya ulama besar, hanya karena tidak sesuai dengan pendapat atau kemauan ustadznya.

Contohnya adalah buku Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah. Buku tersebut adalah kumpulan ceramah dan fatwa Beliau yang berkaitan dengan Shahwah Islamiyah, yang kemudian dikumpulkan menjadi sebuah buku.

Bila kita mempunyai edisi aslinya, pada halaman dalam setelah lembar judul, kita akan menemukan tulisan tangan Beliau yang dengan sangat jelas memberikan izin dan persetujuan terhadap pencetakan buku tersebut.

Hingga kini buku tersebut telah dicetak ulang beberapa kali. Bahkan dijadikan sebagai referensi utama oleh para du'at salafiyyun baik dalam ceramah lisan maupun tulisan.

Kita bisa melihat misalnya dalam jurnal ilmiah Al-Ashalah yang dipimpin oleh Syaikh Salim Al Hilaly, salah seorang murid Syeikh Al-Albani. Dalam edisi No.20 / Syawal 1421 H, dinukilkan fatwa Syaikh yang terdapat pada buku ini.

Dengan demikian, tidak ada satupun yang dapat menggoyahkan keabsahan buku ini sebagai rujukan para pendukung kebangkitan Islam.

Namun sayang, saya kembali mendengar (setelah cukup lama saya mendengarnya) suara-suara yang mengatakan, bahwa buku itu sudah dinasakh (dihapus), buku itu dikritik oleh para ulama, bahkan yang lebih ekstrim mengatakan bahwa buku itu sudah diajukan ke Mahkamah.

Luar biasa!!! Anehnya, semuanya berdasarkan katanya (atau dalam bahasa Arab: qiila wa qaala). Orang-orang yang mengatakan tuduhan ini tidak mempunyai satu bukti apapun. Apakah hanya karena sebuah buku dari seorang ulama Ahlus sunnah itu tidak sejalan dengan kebiasaan bermanhaj salaf sang penuduh selama ini, sehingga dia kemudian membuat fitnah dan tuduhan terhadap buku tersebut ???

Dan ini adalah pesan saya kepada siapa saja yang bermanhaj salaf :

kita semua telah mengetahui sebuah kaidah (fiqih) yang berbunyi, Al Yaqin La Yazuulu Bisysyak (sebuah keyakinan tidak dapat dihilangkan hanya dengan sebuah keraguan).

Ini adalah sebuah kaidah yang sangat penting dan berlaku dalam seluruh aspek kehidupan. Bila kita telah mengetahui dengan yakin bahwa seseorang itu Muslim, maka keyakinan itu tidak dapat kita gugurkan hanya dengan isu yang kita dengar bahwa ia telah kafir. Atau hanya karena kita ragu apakah ia masih Muslim atau sudah kafir, kita tidak dapat mengkafirkannya, sampai akhirnya kita mempunyai bukti yang memyakinkan bahwa ia telah kafir.

Begitu pula kasusnya dengan buku Panduan Kebangkitan Islam ini. Tulisan tangan Syaikh Al 'Utsaimin dalam halaman dalam buku tersebut, dan dicetaknya Beliau secara berulang-ulang hingga kini adalah bukti yang meyakinkan kita, bahwa buku tersebut tidak pernah ditarik dari peredaran, apalagi sampai diajukan ke Mahkamah.

Syeikh Al 'Utsaimin adalah seorang ulama besar. Apapun yang terjadi berkaitan dengan beliau dan karya-karya beliau pastilah tidak luput dari perhatian para thullaabul 'ilmi. Kalau bisa dikatakan, apapun yang terjadi berkaitan dengan beliau tentu akan segera menjadi berita yang mutawatir, setidaknya di Saudi Arabia, negara tempat beliau tinggal.

Namun hingga hari ini, kita tak pernah mendengar apapun dari beliau tentang buku ini, selain kabar-kabar burung yang disebarkan oleh orang-orang yang terusik cara bermanhaj salafnya dengan buku Syaikh ini. Semoga Allah merahmati beliau.

Demikianlah isi hati saya berkaitan dengan buku beliau.

Namun sebelum mengakhiri tulisan ini, saya ingin menitipkan dua buah pesan sederhana:


Pertama,

Untuk Para Tunas Baru Salafiyyun.

Teruslah memperdalam manhaj salaf dengan benar. Lakukanlah muhasabah terhadap aqidah kita, sudah sesuai kah dengan manhaj salaf? Terhadap ibadah kita, sudah tepatkah? Dan yang tak kalah pentingnya terhadap akhlak dan perilaku kita, semakin luhurkah kita? Semakin santunkah kita ?

Kita pasti tahu bahwa Nabi Shallallahu 'alahi wasallam ( penghulu para salafiyyun) diutus untuk menyempurnakan akhlaq. Ingatlah, bahwa akhlaq yang buruk menunjukkan adanya ketidakberesan dalam memahami manhaj yang agung dan mulia ini. Oh ya, teruslah belajar! Jangan disibukkan dengan aneka syubhat dan fitnah. Kalau ada yang menyodorkan kaset yang menyerang sesama pejuang Ahlus sunnah sebaiknya gunakan saja untuk merekam kaset murattal. Atau katakan kepada yang meminjamkan, "Maaf, saya sedang menghafal juz 'amma...atau membaca Prinsip-prinsip Dasar Keimanan...atau membaca Kitabul Jami' yang mengajarkan akhlaq Islam."

Kedua,

kepada para ustadz pejuang manhaj salaf-yang menuduh dan yang tertuduh

Ahlussunnah dan salafiyyun adalah minoritas di negeri ini. Tak terhitung lagi berapa jumlah musuh-musuh Ahlussunnah. Sementara perjalanan masih amat panjang untuk menyebarkan manhaj yang haq ini.

Lalu mengapa saling menuduh ? Tidaklah lebih baik bila kita membersihkan hati dari hasad, dengki dan penyakit hati lainnya, lalu bergandengan tangan menda'wahkan manhaj ini ? Mungkin kini saatnya ber-muhasabah . Barangkali setiap kita masih harus belajar banyak tentang manhaj ini. Tidak ada yang ma'shum selain Rasulullah Shallallahu 'alahi wasallam.

Akhirnya, saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan mengatakan, "Bila apa yang engkau tuduhkan padaku itu benar, maka mudah-mudahan Allah mengampuniku. Namun, jika apa yang engkau tuduhkan itu tidak benar, maka mudah-mudahan Allah mengampuni kesalahanmu."

Walhamdulillahi Rabbil 'Alamin.


Saya teringat (namun sayang sekali saya lupa dalam kaset Beliau yang mana) ketika seseorang bertanya kepada Syaikh Nashiruddin Al-Albani tentang Syaikh Salman Al 'Audah, Beliau rahimahullah menjawab, "Huwa ma'ana 'ala al khath as salafy (Dia bersama kita di atas jalan salafy)."

Lihatlah perbedaan sikap seorang 'alim yang faqih dengan yang tidak. Syaikh Salman bukanlah seorang yang ma'shum. Beliau juga punya kesalahan (bahkan mungkin lebih banyak). Namun hal itu tidak lah mengeluarkan Beliau dari lingkaran Ahlussunnah.


Makassar, 30 Rabi'ul Awwal 1424 H

--dari yang berharap menjadi peneladan yang baik bagi kaum As Salaf ash Shalih


NASEHAT SYEKH BAKR BIN ABDILLAH ABU ZAID-RAHIMAHULLAH- KEPADA SYEKH RABI' AL-MADKHALI-WAFFAQAHULLAH-

NASEHAT SYEKH BAKR BIN ABDILLAH ABU ZAID-RAHIMAHULLAH-
KEPADA SYEKH RABI' AL-MADKHALI-WAFFAQAHULLAH-

الخطاب الذهبي

Khithab Adz-Dzahabi (Surat Emas) Syaikh Bakr Bin AbduLLAAH Abu Zaid [1] –rahimahuLLAAH- untuk DR Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali Atas Tuduhan-Tuduhan DR Rabi’ terhadap Sayyid Quthb –rahimahuLLAAH-

بقلم الشيخ بـكــــر أبـــو زيـــد حفظه الله

فضيلة الأخ الشيخ / ربيع بن هادي المدخلي .. الموقر
السلام عيكم ورحمة الله وبركاته.. وبعد

فأشير إلى رغبتكم قراءة الكتاب المرفق ((أضواء إسلامية على عقيدة سيد قطب وفكره)).. هل من ملاحظات عليه ثم هذه الملاحظات هل تقضي على هذا المشروع فيطوى ولا يروى، أم هي مما يمكن تعديلها فيترشح الكتاب بعد الطبع والنشر ويكون ذخيرة لكم في الأخرى، بصيرة لمن شاء الله من عباده في الدنيا، لهذا أبدي ما يلي..

Yang Terhormat Saudaraku

Syaikh Rabi’ bin Hadi Al Madkholi

Assalamu’alaikum Wr Wb

Merujuk kepada permintaan saudaraku –Syaikh Rabi’ bin Hadi Al Madkholi- agar aku sudi membaca buku yang engkau kirim: “Sorotan Islam Terhadap Aqidah dan Fikrah Sayyid Quthb”.. untuk dilihat apakah aku punya catatan terhadap buku tersebut, dan apabila ada catatan apakah sampai menggagalkan proyek penerbitannya sehingga harus disingkirkan dan tidak perlu dilihat-lihat lagi, atau catatan tersebut masih memungkinkan untuk direvisi sehingga buku tersebut setelah dicetak dan diterbitkan bisa lebih berbobot, dan menjadi tabungan kebaikan antum di akhirat kelak, menjadi lentera penerang bagi kehidupan hamba yang dikehendaki Allah saat masih di alam dunia? Oleh karena itu aku ingin mengungkapkan bagaimana pendapatku:

1 - نظرت في أول صفحة من (فهرس الموضوعات فوجدتها عناوين قد جمعت في سيد قطب رحمه الله، أصول الكفر والإلحاد والزندقة، القول بوحدة الوجود، القول بخلق القرآن، يجوز لغير الله أن يشرع، غلوه في تعظيم صفات الله تعالى، لا يقبل الأحاديث المتواترة، يشكك في أمور العقيدة التي يجب الجزم بها، يكفر المجتمعات ..إلى أخر تلك العناوين التي تقشعر منها جلود المؤمنين..

Setelah melihat halaman pertama yang di dalamnya terdapat daftar isi buku, aku dapati dari daftar isi tersebut berbagai judul tulisan yang semuanya tertuju kepada Sayyid Quthb rahimahuLLAAH; Sayyid Quthb akar kekufuran, atheisme dan zindiq; Sayyid Quthb mengatakan adanya wihdatul wujud; mengatakan Al Qur’an itu makhluk ; selain Allah boleh membuat syariat; berlebihan dalam mengagungkan sifat Allah; menolak hadits-hadits mutawattir; meragukan masalah-masalah aqidah yang jelas wajib diyakini; mengkafirkan masyarakat… dan judul tulisan lainnya yang membuat merinding kulit orang-orang yang beriman..

وأسفت على أحوال علماء المسلمين في الأقطار الذين لم ينبهوا على هذه الموبقات.. وكيف الجمع بين هذا وبين انتشار كتبه في الآفاق انتشار الشمس، وعامتهم يستفيدون منها، حتى أنت في بعض ما كتبت، عند هذا أخذت بالمطابقة بين العنوان والموضوع، فوجدت الخبر يكذبه الخبر، ونهايتها بالجملة عناوين استفزازية تجذب القارئ العادي، إلى الوقيعة في سيد رحمه الله، وإني أكره لي ولكم ولكل مسلم مواطن الإثم والجناح، وإن من الغبن الفاحش إهداء الإنسان حسناته إلى من يعتقد بغضه وعداوته.

Bila hal ini benar, aku menyayangkan kondisi ulama-ulama umat Islam di berbagai negeri yang tidak memperhatikan kebejatan ini… Tapi, bagaimana mungkin hal ini terjadi sementara buku-buku Sayyid Quthb sudah tersebar luas ke seluruh penjuru dunia, dan umumnya umat Islam mengambil manfaat dari buku-buku tersebut, termasuk engkau sendiri, dalam beberapa tulisan engkau menukil dari buku Sayyid Quthb. Hal ini membuat aku segera mengecek kesesuaian judul-judul tersebut dengan materi bahasan di dalamnya, ternyata pernyataan yang satu dibantah dengan pernyataan lainnya. Kesimpulannya judul dan tema yang dibahas sangat provokatif yang dapat mendorong pembaca biasa untuk mencederai pribadi Sayyid Quthb. Sungguh aku membenci diriku, engkau dan setiap muslim terperosok kedalam lembah dosa dan kesalahan. Merupakan kerugian besar bila seseorang menghadiahkan kebaikannya kepada orang yang dibenci dan dimusuhi.

2 - نظرت فوجدت هذا الكتاب يـفـتـقــد:

(أصـول البحث العلمي، الحيـدة العلمية، منهـج النقد، أمانـة النقل والعلم، عـدم هضم الحق).
أما أدب الحوار وسمو الأسلوب ورصانة العرض فلا تمت إلى الكتاب بهاجس.. وإليك الدليل

2. Setelah aku perhatikan, buku ini mengabaikan prinsip-prinsip penulisan ilmiah, obyektifitas dan metodologi kritik ilmiah, mengabaikan kejujuran dalam mengutip tulisan dan tidak memihak kebenaran. Adapun adab berdialog, kwalitas bahasa dan cara pengungkapannya lebih parah lagi. Hal tersebut dapat kita buktikan sebagai berikut:

أولاً: رأيت الاعتماد في النقل من كتب سيد رحمه الله تعالى من طبعات سابقة مثل الظلال والعدالة الاجتماعية مع علمكم كما في حاشية ص 29 وغيرها، أن لها طبعات معدلة لاحقة، والواجب حسب أصول النقد والأمانة العلمية، تسليط النقد إن كان على النص من الطبعة الأخيرة لكل كتاب، لأن ما فيها من تعديل ينسخ ما في سابقتها وهذا غير خاف إن شاء الله تعالى على معلوماتكم الأولية، لكن لعلها غلطة طالب حضر لكم المعلومات ولما يعرف هذا ؟؟، وغير خاف لما لهذا من نظائر لدى أهل اعلم، فمثلاً كتاب الروح لابن القيم لما رأى بعضهم فيما رأى قال: لعله في أول حياته وهكذا في مواطن لغيره، وكتاب العدالة الاجتماعية هو أول ما ألفه في الإسلاميات والله المستعان.

Pertama: Setelah aku perhatikan, kutipan-kutipan dari buku-buku Sayyid Quthb engkau mengandalkan pada cetakan lama seperti buku Fi Zhilalil Qur’an dan ‘Adaalah Ijtima’iyah, padahal engkau mengetahui bahwa buku-buku tersebut memiliki cetakan edisi revisi sebagaimana tercantum dalam catatan kaki di halaman-29 dan halaman lainnya. Seharusnya sesuai standar ilmiyah dalam memberikan kritik dan penilaian, yang dijadikan obyek kritik terfocus pada buku-buku yang dicetak terakhir, sebab sangat dimungkinkan ada revisi-revisi yang menghapus apa yang ada dalam cetakan sebelumnya dan tentu hal ini sudah menjadi pengetahuan dasar engkau, kecuali bila buku ini merupakan hasil kerja murid engkau yang menyerap pengetahuanmu, mungkin ia tidak mengetahui standar ilmiyah tersebut?!

ثانيًا: لقد اقشعر جلدي حينما قرأت في فهرس هذا الكتاب قولكم (سيد قطب يجوز لغير الله أن يشرع)، فهرعت إليها قبل كل شيء فرأيت الكلام بمجموعه نقلاً واحدًا لسطور عديدة من كتابه العدالة الاجتماعية) وكلامه لا يفيد هذا العنوان الاستفزازي، ولنفرض أن فيه عبارة موهمة أو مطلقة، فكيف نحولها إلى مؤاخذة مكفرة، تنسف ما بنى عليه سيد رحمه الله حياته ووظف له قلمه من الدعوة إلى توحيد الله تعالى (في الحكم والتشريع) ورفض سن القوانين الوضعية والوقوف في وجوه الفعلة لذلك، إن الله يحب العدل والإنصاف في كل شيء ولا أراك إن شاء الله تعالى إلا في أوبة إلى العدل والإنصاف.

Kedua: Sungguh merinding kulitku ketika aku membaca di Daftar Isi ucapanmu (Sayyid Quthb membolehkan kepada selain ALLAH untuk membuat syariat) maka aku segera mengeceknya sebelum melakukan yang lain, maka kulihat kata-kata Sayyid Quthb secara keseluruhan dalam beberapa baris dari kitabnya Al-Adalah Al-Ijtima’iyyah. Dan ucapan beliau sama sekali tidak menunjukkan judul tsb, seandainya kita ingin menyimpulkan bahwa di dalam ucapannya ada ungkapan yang belum jelas, bagaimana mungkin kita menghukumi beliau dengan vonis mengkafirkannya?!

Hendaknya kita mengingat apa yang telah dilakukan Sayyid Quthb di dalam hidupnya, dan bagaimana beliau menggunakan penanya mengajak orang kepada Tauhid dalam hukum & perundang-undangan dan bahwa beliau menolak pemberlakuan hukum buatan manusia & berdiri menghadang orang-orang yang melakukannya. Sesungguhnya ALLAH SWT mencintai sikap adil & obyektif dalam setiap hal & aku melihat engkau insya ALLAH mau kembali kepada keadilan & sikap obyektif tsb.

ثالثًا: ومن العناوين الاستـفـزازيـــة قولكم (قول سيد قطب بوحدة الوجود).

إن سيدًا رحمه الله قال كلامًا متشابهًا حلق فيه بالأسلوب في تفسير سورتي الحديد والإخلاص وقد اعتمد عليه بنسبة القول بوحدة الوجود إليه، وأحسنتم حينما نقلتم قوله في تفسير سورة البقرة من رده الواضح الصريح لفكرة وحدة الوجود، ومنه قوله: (( ومن هنا تنتفي من التفكير الإسلامي الصحيح فكرة وحدة الوجود)) وأزيدكم أن في كتابه (مقومات التصور الإسلامي) ردًا شافيًا على القائلين بوحدة الوجود، لهذا فنحن نقول غفر الله لسيد كلامه المتشابه الذي جنح فيه بأسلوب وسع فيه العبارة.. والمتشابه لا يقاوم النص الصريح القاطع من كلامه، لهذا أرجو المبادرة إلى شطب هذا التكفير الضمني لسيد رحمه الله تعالى وإني مشفق عليكم

Ketiga: Dan diantara judul dalam Daftar Isi yang mengerikan adalah kata-kata-mu bahwa Sayyid Quthb mengatakan Wihdatul Wujud… Sesungguhnya Sayyid rahimahuLLAAH mengucapkan kata-kata yang mutasyabih (multi interpretatif), dengan uslub atau gaya tertentu dalam menafsirkan surat Al-Hadid & surat Al-Ikhlas yang membuat engkau menisbahkan Wihdatul Wujud itu kepadanya. Padahal engkau telah berbuat baik ketika engkau menukil perkataan Sayyid saat menafsirkan surat Al-Baqarah bahwa Sayyid menolak dengan jelas fikrah Wihdatul Wujud, dan di antara ucapan Sayyid tsb adalah (Dan dari sinilah berakhir pemikiran Wihdatul Wujud dalam fikrah Islamiyah yang benar). Dan aku tambahkan pada engkau bahwa dalam kitabnya Muqawwimat Tashawwur Islamiy terdapat bantahan yang cukup jelas terhadap orang-orang yang mengatakan Wihdatul Wujud. Oleh sebab itu kami berkata semoga ALLAH mengampuni Sayyid Quthb atas ucapannya atau kalimatnya yang mutasyabih dengan uslub yang memungkinkan disalah-fahami. Dan mutasyabih tidak dapat mengalahkan ungkapan yang tegas dari tulisan Sayyid, oleh karena itu aku berharap agar engkau segera mencoret vonis takfir tersembunyi kepada Sayyid rahimahuLLAHu Ta’ala & aku benar-benar menyayangi engkau.

رابعًا: وهنا أقول لجنابكم الكريم بكل وضوح إنك تحت هذه العناوين (مخالفته في تفسير لا إله إلا الله للعلماء وأهل اللغة وعدم وضوح الربوبية والألوهية عند سيد) .

أقول أيها المحب الحبيب، لقد نسفت بلا تثبت جميع ما قرره سيد رحمه الله تعالى من معالم التوحيد ومقتضياته، ولوازمه التي تحتل السمة البارزة في حياته الطويلة فجميع ما ذكرته يلغيه كلمة واحدة، وهي أن توحيد الله في الحكم والتشريع من مقتضيات كلمة التوحيد، وسيد رحمه الله تعالى ركز على هذا كثيرًا لما رأى من هذه الجرأة الفاجرة على إلغاء تحكيم شرع الله من القضاء وغيره وحلال القوانين الوضعية بدلاً عنها ولا شك أن هذه جرأة عظيمة ما عاهدتها الأمة الإسلامية في مشوارها الطويل قبل عام (1342هـ ).

Keempat: Dan tentang judul yang kau tulis “Penyelisihannya dalam menafsirkan LailahaillaLLAAH terhadap pendapat para ulama & ahli bahasa serta ketidakjelasan Tauhid Rububiyyah & Uluhiyyah pada diri Sayyid. Aku mengatakan wahai kekasihku, sungguh engkau telah sembrono tanpa melakukan tabayyun terhadap semua yang telah dinyatakan oleh Sayyid rahimahuLLAH tentang rambu-rambu tauhid & konsekuensinya yang semua itu bahkan menjadi ciri beliau yang menonjol di sepanjang kehidupannya, sedangkan apa yang kau sebutkan dengan 1 kalimat telah menghapus semua itu. Dan ucapan beliau bahwa TauhiduLLAAH dalam hukum & tasyri’ termasuk konsekuensi kalimat tauhid, adalah karena Sayyid melihat keberanian yang kurang ajar dari sebagian orang menghilangkan tahkim dengan syariat ALLAH & menghalalkan hukum buatan manusia sebagai ganti syariat ALLAH, semua itu yang tidak pernah dikenal oleh ummat Islam sepanjang sejarahnya sebelum tahun 1342-H.

خامسًا: ومن عناوين الفهرس (قول سيد بخلق القرآن وأن كلام الله عبارة عن الإرادة)..
لما رجعت إلى الصفحات المذكورة لم أجد حرفًا واحدًا يصرح فيه سيد رحمه الله تعالى بهذا اللفظ (القرآن مخلوق) كيف يكون هذا الاستسهال للرمي بهذه المكفرات، إن نهاية ما رأيت له تمدد في الأسلوب كقوله (ولكنهم لا يملكون أن يؤلفوا منها ـ أي الحروف المقطعة ـ مثل هذا الكتاب لأنه من صنع الله لا من صنع الناس) ..وهي عبارة لا شك في خطأها ولكن هل نحكم من خلالها أن سيدًا يقول بهذه المقولة الكفرية (خلق القرآن) اللهم إني لا أستطيع تحمل عهدة ذلك.. لقد ذكرني هذا بقول نحوه للشيخ محمد عبد الخالق عظيمة رحمه الله في مقدمة كتابه دراسات في أسلوب القرآن الكريم والذي طبعته مشكورة جامعة الإمام محمد بن سعود الإسلامية، فهل نرمي الجميع بالقول بخلق القرآن اللهم لا، واكتفي بهذا من الناحية الموضوعية وهي المهمة.

ومن جهات أخرى أبدي ما يلي:

Kelima: Di bawah judul (ucapan Sayyid bahwa Qur’an adalah makhluq & bahwasanya KalamuLLAAH adalah ungkapan iradah ALLAAH). Ketika aku merujuk ke halaman yang disebutkan aku tidak menemukan 1 hurufpun yang mengungkapkan bahwa Sayyid mengatakan Qur’an tersebut makhluk, bagaimana mungkin begitu gampang terjadi tuduhan yang mengkafirkan ini?! Yang bisa aku lihat dari ucapan Sayyid Quthb adalah luasnya uslub beliau ketika mengatakan (tetapi mereka tidak akan bisa menyusun huruf-huruf di awal surat seperti yang terdapat dalam Qur’an ini, karena Al-Qur’an termasuk perbuatan ALLAAH & bukan perbuatan manusia). Ungkapan ini jelas keliru akan tetapi apakah langsung dengan hal tsb kita dapat memvonis bahwa Sayyid mengatakan Qur’an makhluq? Ya ALLAAH aku sungguh tidak dapat melakukannya. Hal ini mengingatkan aku dengan ucapan sejenis dari Syaikh Muhammad Abdul Khaliq ‘Azimah rahimahuLLAAH dalam muqaddimmah kitabnya Dirasat fi Uslubil Qur’anil Kariem yang dicetak oleh Universitas Imam Muhammad bin Su’ud Al-Islmiyyah, apakah kita menuduh semuanya telah mengatakan Quran itu makhluq, Ya ALLAH sungguh tidak demikian. Dan aku cukupkan hal ini tapi dari sisi lain aku ingin mengungkapkan hal-hal berikut ini:

1 - مسودة هذا الكتاب تقع في 161 صفحة بقلم اليد، وهي خطوط مختلفة، ولا أعرف منه صفحة واحدة بقلمكم حسب المعتاد، إلا أن يكون اختلف خطكم، أو اختلط علي، أم أنه عُهد بكتب سيد قطب رحمه الله لعدد من الطلاب فاستخرج كل طالب ما بدا له

تحت إشرافكم، أو بإملائكم.

لهذا فلا أتحقق من نسبته إليكم إلا ما كتبته على طرته أنه من تأليفكم، وهذا عندي كاف في التوثيق بالنسبة لشخصكم الكريم.

Draft kitab ini terdiri dari 161 halaman dengan tulisan tangan, dengan khath yang berbeda (tidak 1 orang yang menulis) & tidak ada 1 halamanpun yang aku kenal sebagai tulisan engkau, kecuali jika tulisan engkau sudah berubah atau aku sudah tidak kenal lagi tulisanmu atau tulisan ini sengaja dibuat oleh murid-muridmu sehingga masing-masing murid menulis tentang apa yang menjadi pendapatnya tentang Sayyid di bawah bimbingan engkau atau engkau diktekan pada mereka. Oleh sebab itu aku tidak mengecek nisbah buku ini kepadamu, kecuali dari apa yang tertulis di halaman muka naskah ini & ini cukup bagi aku.

2 - مع اختلاف الخطوط إلا أن الكتاب من أوله إلى أخره يجري على وتيرة واحدة وهي: أنه بنفس متوترة وتهيج مستمر، ووثبة تضغط على النص حتى يتولد منه الأخطاء الكبار، وتجعل محل الاحتمال ومشتبه الكلام محل قطع لا يقبل الجدال…وهذا نكث لمنهج النقد: الحيدة العلمية .

Meskipun tulisan tangannya berbeda tetapi kitab ini dari awal hingga akhir punya kesamaan yaitu jiwa yang menggebu-gebu, melonjak-lonjak yang emosional sehingga melahirkan kesalahan-kesalahan besar, yang menjadikan hal-hal yang ucapan-ucapan yang mutasyabih langsung dianggap qath’i (tanpa perlu diperdebatkan), dan ini adalah kesalahan menurut metode kritik yang obyektif & ilmiah.

3 - من حيث الصيغة إذا كان قارنًا بينه وبين أسلوب سيد رحمه الله، فهو في نزول، سيد قد سَمَا، وإن اعتبرناه من جانبكم الكريم فهو أسلوب (إعدادي) لا يناسب إبرازه من طالب علم حاز على العالمية العالية، لا بد من تكافؤ القدرات في الذوق الأدبي، والقدرة على البلاغة والبيان، وحسن العرض، وإلا فليكسر القلم.

Dari sudut ungkapan-ungkapan buku ini jika dibandingkan dengan uslub & ungkapan Sayyid rahimahuLLAAH tergolong rendah, ungkapan Sayyid tinggi & jika dibandingkan dengannya ungkapan engkau seperti ungkapan anak-anak I’dad (sedang belajar bahasa Arab), tidak sesuai dengan ungkapan pelajar yang telah mendapat ijazah pendidikan tinggi. Padahal seharusnya perlu ada kesamaan kemampuan untuk merasakan bahasa & adab yang tinggi, kemampuan ilmu balaghah & ilmu bayan & kemampuan mengungkapkan & menjelaskan, jika tidak maka akan terjadi kekeliruan.

4 - لقد طغى أسلوب التهيج والفزع على المنهج العلمي النقدي…. ولهذا افتقد الرد أدب الحوار.

Metode & ungkapan emosional yang keras itu sudah sangat berlebihan, sehingga mengalahkan manhaj ilmiah dalam mengkritik, oleh sebab itu bantahan dalam tulisan ini kehilangan etika dialog.

5 - في الكتاب من أوله إلى آخره تهجم وضيق عطن وتشنج في العبارات فلماذا هذا…؟

Dalam kitab ini, dari awal sampai akhir berisi serangan, sempit dada, ungkapan-ungkapan yang kasar, maka untuk apa semua ini..?

6 - هذا الكتاب ينشط الحزبية الجديدة التي أنشئت في نفوس الشبيبة جنوح الفكر بالتحريم تارة، والنقض تارة وأن هذا بدعة وذاك مبتدع، وهذا ضلال وذاك ضال.. ولا بينة كافية للإثبات، وولدت غرور التدين والاستعلاء حتى كأنما الواحد عند فعلته هذه يلقي حملاً عن ظهره قد استراح من عناء حمله، وأنه يأخذ بحجز الأمة عن الهاوية، وأنه في اعتبار الآخرين قد حلق في الورع والغيرة على حرمات الشرع المطهر، وهذا من غير تحقيق هو في الحقيقة هدم، وإن اعتبر بناء عالي الشرفات، فهو إلى التساقط، ثم التبرد في أدراج الرياح العاتية .

Kitab ini justru menggairahkan “hizbiyyah jenis baru” yang menumbuhkan kecendrungan pemikiran pengharaman, penolakan, pembid’ahan, penyesatan pada diri para pemuda, tanpa ada dalil yang cukup. Kitab ini juga melahirkan ghurur dalam beragama, sombong, sehingga seolah-olah saat salah seorang melakukan tuduhan-tuduhan itu seolah-olah seperti orang yang melemparkan beban berat dari punggungnya lalu setelah itu ia merasa lega, seperti membawa…. , atau seperti orang yang menganggap orang lain telah kehilangan sikap wara’ & ghirah terhadap kehormatan syariat yang suci ini. Semua ini dilakukan tanpa tahqiq yang berarti menghancurkan, bukan malah membangun, meskipun ia menganggap sedang membangun bangunan tinggi, padahal hakikatnya sedang menghancurkannya & jatuh ke bawah lalu membeku tertiup angin yang kencang.

** هذه سمات ست تمتع بها هذا الكتاب فآل غـيـر مـمـتـع، هذا ما بدا إلي حسب رغبتكم، وأعتذر عن تأخر الجواب، لأنني من قبل ليس لي عناية بقراءة كتب هذا الرجل وإن تداولها الناس، لكن هول ما ذكرتم دفعني إلى قراءات متعددة في عامة كتبه، فوجدت في كتبه خيرًا كثيرًا وإيمانًا مشرفًا وحقًا أبلج، وتشريحًا فاضحًا لمخططات العداء للإسلام، على عثرات في سياقاته واسترسال بعبرات ليته لم يفه بها، وكثير منها ينقضها قوله الحق في مكان أخر والكمال عزيز، والرجل كان أديبًا نقادة، ثم اتجه إلى خدمة الإسلام من خلال القرآن العظيم والسنة المشرفة، والسيرة النبوية العطرة، فكان ما كان من مواقف في قضايا عصره، وأصر على موقفه في سبيل الله تعالى، وكشف عن سالفته، وطلب منه أن يسطر بقلمه كلمات اعتذار وقال كلمته الإيمانية المشهورة، إن أصبعًا أرفعه للشهادة لن أكتب به كلمة تضارها… أو كلمة نحو ذلك، فالواجب على الجميع … الدعاء له بالمغفرة … والاستفادة من علمه، وبيان ما تحققنا خطأه فيه، وأن خطأه لا يوجب حرماننا من علمه ولا هجر كتبه.. اعتبر رعاك الله حاله بحال أسلاف مضوا أمثال أبي إسماعيل الهروي والجيلاني كيف دافع عنهما شيخ الإسلام ابن تيمية مع ما لديهما من الطوام لأن الأصل في مسلكهما نصرة الإسلام والسنة، وانظر منازل السائرين للهروي رحمه الله تعالى، ترى عجائب لا يمكن قبولها ومع ذلك فابن القيم رحمه الله يعتذر عنه أشد الاعتذار ولا يجرمه فيها، وذلك في شرحه مدارج السالكين، وقد بسطت في كتاب (تصنيف الناس بين الظن واليقين ) ما تيسر لي من قواعد ضابطة في ذلك .

Inilah 6 ciri dari kitab ini yang nikmat, tetapi karena seperti itu ia menjadi tidak nikmat. Inilah yang tampak di hadapanku sesuai permintaanmu & aku mohon maaf atas keterlambatan jawaban ini, karena sebelumnya aku tidak punya perhatian cukup untuk membaca buku-buku Sayyid meskipun banyak beredar di tengah masyarakat. Tetapi kegoncangan yang engkau sebutkan di sana menyebabkan aku terdorong untuk banyak membaca kitab-kitab beliau, lalu aku temukan di dalamnya kebaikan yang banyak, iman yang membara & kebenaran yang jelas, penjelasan yang tegas terhadap rencana-rencana musuh terhadap Islam, meskipun terdapat ketergelinciran beliau dalam ungkapan-ungkapannya, namun banyak diantara kesalahan-kesalahan tsb terkoreksi oleh ungkapannya yang benar di tempat yang lain & mencapai kesempurnaan itu sungguh amat sulit. Dan Sayyid sebelumnya adalah seorang sastrawan yang kritikus, lalu ia beralih membela Islam melalui Al-Qur’an & As-Sunnah, serta Sirah Nabi yang harum, maka terlihatlah sikap beliau dalam berbagai problematika zamannya, dan beliau terus-menerus konsisten teradap sikapnya di jalan ALLAH Ta’ala. Dan ketika ia diminta untuk menulis permintaan maaf & penyesalan terhadap sikapnya, Sayyid mengungkapkan kalimat imaniyyahnya yang terkenal: “Sungguh jari-jari yang telah kugunakan untuk membela kalimah syahadah ini tidak akan pernah kugunakan untuk membatalkannya”, atau ungkapan beliau yang semisal itu. Maka menjadi kewajiban semuanya untuk mendokan beliau dengan ampunan, mengambil manfaat dari ilmunya, menjelaskan beberapa kesalahannya, dan bahwa kesalahannya jangan sampai membuat kita mengharamkan diri kita dari ilmunya & meninggalkan kitab-kitabnya. Ambillah pelajaran -semoga ALLAH melindungimu- dari kisah orang-orang terdahulu, seperti Abu Ismail Al-Harawi & Al-Jailani, sebagaimana Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah membela mereka berdua, meskipun mereka berdua memiliki beberapa kekeliruan, karena pada dasarnya jalan yang ditempuh oleh mereka berdua adalah membela Islam & Sunnah. Lihat pula kitab Manazilu As-Sa’irin karangan Al-Harawi rahimahuLLAAH Ta’ala, engkau lihat ada hal-hal yang tidak mungkin dapat kita terima, namun demikian Ibnul Qayyim rahimahuLLAAHu Ta’ala memaklumi beliau dengan permakluman yang sangat & tidak menzhaliminya & itu kita temukan dalam syarah beliau Madarijus Salikin. Dan aku sendiri telah menjelaskan dalam kitabku Tashnifun Nas Bayna Zhanni wal Yaqin (Penggolongan Manusia antara Dugaan & Keyakinan) beberapa kaidah-kaidah & pedoman dalam masalah ini.

وفي الختام فأني أنصح فضيلة الأخ في الله بالعدول عن طبع هذا الكتاب (أضواء إسلامية) وأنه لا يجوز نشره ولا طبعه لما فيه من التحامل الشديد والتدريب القوي لشباب الأمة على الوقيعة في العلماء، وتشذيبهم، والحط من أقدارهم والانصراف عن فضائلهم.. واسمح لي بارك الله فيك إن كنت قسوت في العبارة، فإنه بسبب ما رأيته من تحاملكم الشديد وشفقتي عليكم ورغبتكم الملحة بمعرفة ما لدي نحوه… جرى القلم بما تقدم سدد الله خطى الجميع.. والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته،،

أخوكم بكر أبو زيد.

Dan pada akhirnya aku memberi nasihat kepada saudaraku fiLLAAH, yang mulia untuk TIDAK MENCETAK KITAB INI (Cahaya-Cahaya Islam), dan TIDAK BOLEH MENYEBARKANNYA & MENCETAKNYA, karena di dalamnya ada ’sikap antipati yang sangat’ & pelatihan yang kuat bagi para pemuda untuk menyerang para ulama, merendahkan mereka, menghina kedudukan mereka, menghindar dari keutamaan mereka. Maafkan aku, semoga ALLAH memberkatimu jika aku keras dalam ungkapanku kepadamu, semua itu karena sikap antipati pada dirimu yang kulihat & justru karena sikap sayangku kepadamu, dan juga karena keinginanmu yang sangat untuk mengetahui pendapatku dalam masalah ini. Demikian tulisan ini semoga ALLAH meluruskan semua langkah kita, Salamu ‘alaykum warahmatuLLAAHi wabarakatuHU, saudaramu Bakr Abu Zaid.

___
Catatan Kaki:

[1] Anggota “Hai’ah Kibarul Ulama” Kerajaan Saudi Arabia

Pengikut